Omicron XBB

Gejala Omicron XBB

Berdasarkan Center for Disease Control and Prevention (CDC), badan Amerika Serikat yang menangani pandemi, secara umum gejala varian ini mirip seperti gejala Covid-19.

Berikut 10 gejala Omicron XBB dikutip dari situs CDC:

– Demam atau menggigil
– Batuk
– Sesak napas atau napas singkat
– Badan lemas dan mudah lelah
– Nyeri otot dan tubuh
– Sakit kepala
– Kehilangan indera perasa atau penciuman
– Sakit tenggorokan
– Pilek atau hidung tersumbat
– Mual atau muntah
– Diare.

Virus Covid-19 varian Omicron XBB diketahui telah muncul di berbagai negara salah satunya Indonesia. Adapun gejala yang disebabkan oleh XBB diantaranya mulai dari batuk, pilek, dan demam.

Kasus XBB pertama di Indonesia terdeteksi pada seorang perempuan yang baru kembali dari Lombok, Nusa Tenggara Barat.

“Ia kemudian melakukan pemeriksaan dan dinyatakan positif pada 26 September. Setelah menjalani isolasi, pasien telah dinyatakan sembuh pada 3 Oktober” ujar Juru Bicara Covid-19 Kementerian Kesehatan RI M. Syahril.

Selain XBB, subvarian baru lainnya yaitu XBC. Keduanya disebutkan tidak terdeteksi oleh pengujian antigen. Kejadian ini dikonfirmasi oleh Departemen Kesehatan Filipina beberapa waktu lalu.

Deteksi virus karena varian tersebut dilaporkan hanya bisa digunakan dengan pengurutan genom dengan menggunakan sampel yang dikumpulkan dari tes RT-PCR.

“Kami tidak bisa mendeteksi garis keturunan virus dari sampel antigen,” ucap lembaga tersebut, dikutip dari CNN Filipina.

Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Erlina Burhan membantah kabar tentang Covid-19 varian XBB tak terdeteksi tes antigen.

Erlina menyatakan kabar yang beredar di banyak grup media sosial itu tak benar. Dia berkata tes antigen dan tes PCR masih bisa mendeteksi varian baru itu.

“Ini tidak sepenuhnya benar varian XBB tidak terdeteksi saat melakukan pemeriksaan antigen,” kata Erlina pada jumpa pers daring, Kamis (3/11).

Sebelumnya, peneliti dari OCTA Guido David mendorong dilakukan pengujian antigen acak pada penumpang angkutan umum khususnya kereta api. Cara tersebut, menurutnya, bertujuan agar bisa mendapatkan gambar lebih besar pada dua varian Covid-19 terbaru dari negara tersebut.

sumber : http://www.cnbcindonesia.com

Waspada Penyakit Yang Muncul di Musim Hujan

Musim hujan bisa dibilang sebagai musim rawan penyakit karena berbagai jenis mikroba serta virus lebih mudah berkembang biak di musim ini. Apalagi jika daya tahan tubuh Anda sedang menurun. Hal tersebut akan semakin membuat Anda rentan diserang penyakit. Mengenali berbagai penyakit umum yang biasa terjadi di musim hujan akan membuat Anda lebih waspada untuk mencegah penularannya. Lantas apa saja penyakit musim hujan yang sering muncul?

Penyakit musim hujan yang paling sering dialami orang Indonesia

1. Influenza atau flu

Penyakit musim hujan yang paling sering terjadi adalah flu. Penyakit ini disebabkan virus influenza tipe A, B, atau C. Virus influenza bisa menyebar melalui batuk, bersin, atau dari menyentuh benda yang sudah terkontaminasi. Meski flu bersifat umum dan bisa sembuh dengan sendirinya, Anda harus tetap mewaspadai penyakit ini. Pasalnya, beberapa orang dapat menderita komplikasi dari penyakit influenza seperti pneumonia.

2. Diare

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan encernya feses yang dikeluarkan dan frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya. Bakteri penyebab diare yang paling umum contohnya rotavirus, shigella, E. coli, cryptosporidium, dan lain sebagainya. Penyakit ini dapat berkisar dari kondisi yang ringan dan sementara, hingga membahayakan nyawa.

3. Demam tifoid (tipes)

Demam tifoid, atau lebih dikenal dengan penyakit tipes adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thyphi atau Salmonella paratyphi. Bakteri tersebut menyebar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi.

Jika tidak segera ditangani, pengidapnya dapat mengalami komplikasi seperti pneumonia, pleuritis, miokarditis (peradangan otot jantung), gagal jantung akut, bahkan kematian.

4. Demam berdarah dengue

DBD atau demam berdarah dengue adalah salah satu jenis penyakit menular musim hujan yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Demam berdarah disebut sebagai penyakit “break-bone” karena terkadang menyebabkan nyeri sendi dan otot di mana tulang serasa retak.

Demam berdarah yang parah, atau juga dikenal sebagai dengue hemorrhagic fever, dapat menyebabkan perdarahan serius, penurunan tekanan darah yang tiba-tiba (shock), bahkan kematian.

5. Malaria

Malaria adalah penyakit berbahaya akibat infeksi parasit plasmodium yang menular melalui gigitan nyamuk anopheles. Penularan penyakit ini biasanya meningkat pada saat musim hujan dan berlanjut setelahnya.

Bila tidak ditangani segera, malaria dapat berkembang dan berisiko mengancam nyawa seseorang yang mengalami. Malaria terutama perlu diwaspadai di area timur Indonesia seperti provinsi Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Papua Barat.

6. Leptospirosis

Leptospirosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri berbentuk spiral yang disebut Leptospira interrogans. Penyakit musim hujan ini “cukup populer” terjadi di Indonesia, biasanya dikenal sebagai penyakit kencing tikus. Anda bisa terkena penyakit penyakit ini karena menyentuh tanah atau air, tanah basah, atau tanaman yang terkontaminasi oleh urine binatang yang terinfeksi. Selain tikus, hewan yang paling sering menularkan leptospirosis adalah sapi, babi, anjing, reptil dan hewan amfibi, serta hewan pengerat lainnya.

Demam tinggi, sakit kepala, mual, muntah, mata merah, menggigil, otot betis sakit, dan sakit perut adalah gejala yang menandai penyakit ini. Pada kasus tertentu, penyakit ini dapat menyebabkan gangguan hati, gagal ginjal, meningitis, hingga kegagalan pernapasan.

Tips mengatasi penyakit musim hujan

Saat Anda mengalami beberapa penyakit musim hujan, biasanya kebutuhan cairan Anda akan meningkat. Terutama jika Anda merasakan demam, mengalami diare, dan muntah-muntah.

Apa yang harus dilakukan agar Anda tidak kekurangan cairan? Pada orang dewasa normal, kebutuhan cairan tubuh yang disarankan berkisar 2-2,5 liter perhari. Jika dibagi berdasarkan jenis kelamin, maka wanita dewasa disarankan untuk minum sekitar 1,6 liter. Sedangkan, pria disarankan untuk minum 2 liter tiap hari.

Cairan tubuh kita tidak hanya mengandung air, tetapi juga ion. Menjaga keseimbangan ion tubuh juga penting agar metabolisme tubuh tetap optimal.

Selain itu, untuk menghindari penyakit akibat kontaminasi makanan, biasakan pula cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.

Waspada Lepstospirosis

Definisi

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia dan dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan. Tetapi dalam air laut, selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat mati.
Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah beriklim tropis dan subtropis, dengan curah hujan tinggi (kelembaban), khususnya di negara berkembang, dimana kesehatan lingkungannya kurang diperhatikan terutama. pembuangan sampah. International Leptospirosis Society menyatakan Indonesia sebagai negara insiden leptospirosis tinggi dan peringkat tiga di dunia untuk mortalitas.

Gejala Klinis

Stadium Pertama :

  • Demam tinggi, menggigil
  • Sakit kepala
  • Malaise (Lesu/Lemah)
  • Muntah
  • Konjungtivitis ( radang mata)
  • Rasa nyeri otot betis dan punggung
  • Gejala-gejala akan tampak antara 4 s/d 9
  • Konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous/purulent kemerahan pada mata.
  • Rasa nyeri pada otot-otot

Gejala Karakteristik

Stadium kedua :

  • Terbentuk antibodi di dalam tubuh penderita
  • Gejala yang timbul lebih bervariasi dibandingkan dengan stadium pertama
  • Apabila demam dan gejala-gejala lain timbul, kemungkinan akan terjadi meningitis
  • Stadium ini terjadi biasanya antara minggu kedua dan keempat

Pencegahannya

Membiasakan diri dengan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) :

  • Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus
  • Mencuci tangan, dengan sabun sebelum makan
  • Mencuci tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah/kebun/sampah/tanah/selokan dan tempat-tempat yang tercemar lainnya.
  • Melindungi pekerja yang beresiko tinggi terhadap Leptospirosis (petugas kebersihan, petani, petugas pemotong hewan dan lain-lain) dengan menggunakan sepatu bot dan sarung tangan.
  • Menjaga kebersihan lingkungan
  • Menyediakan dan menutup rapat tempat sampah
  • Membersihkan tempat-tempat air dan kolam renang
  • Menghindari adanya tikus didalam rumah atau gedung
  • Menghindari pencemaran oleh tikus
  • Melakukan desinfeksi terhadap tempat-tempat tertentu yang tercemar oleh tikus
  • Meningkatkan penangkapan tikus

Cara Penularan  

Manusia terinfeksi Leptospirosis melalui kontak dengan air, tanah atau tanaman yang telah dikotori oleh air seni hewan penderita Leptospirosis. Bakteri masuk kedalam tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau makanan yang terkontaminasi oleh urin tikus/hewan terinfeksi Leptospirosis. Masa inkubasi selama 4 s/d 19 hari.

Faktor Resiko

Kontak dengan lingkungan yang tercemar bakteri Leptospirosis, seperti :

  • Banjir
  • Petani
  • Peternak
  • Pekerja Kebun
  • Pekerja Rumah Potong Hewan
  • Pembersih selokan
  • Pekerja Tambang
  • Mencuci/Mandi di Sungai/Danau
  • Menjamah Hewan

Komplikasi

  • Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6
  • Pada Ginjal : Gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian
  • Pada Jantung : Berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal jantung yang dapat menyebabkan kematian m,endadak.
  • Pada Paru-Paru : Batuk darah, nyeri dada, sesak napas
  • Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernapasan, saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata (konjungtiva).
  • Pada Kehamilan : Keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati

Apa yang harus dilakukan :

Periksa ke Puskesmas atau pelayanan kesehatan terdekat

Sumber: Seksi Pemberantasan Penyakit Menular, Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Waspada DBD di Lingkungan Kita ketika Musim Penghujan Tiba

Musim penghujan telah dimulai sejak beberapa pekan terakhir. Selain banjir, ada lagi yang harus kita waspadai selama musim penghujan, seperti Demam Berdarah Dengue atau biasa disingkat DBD.

Saat ini Indonesia masih merupakan wilayah endemis penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue ini, dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Penyakit DBD ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albocpictus dan bisa menyerang siapa saja dari berbagai usia, yang dapat berujung fatal bila tidak tertangani dengan tepat.

Gejala DBD

Gejala umum yang muncul antara lain:

  • Demam tinggi mendadak
  • Sakit kepala
  • Ruam
  • Nyeri otot dan sendi
  • Mual dan muntah serta kelelahan
  • Pada kasus yang parah terjadi pendarahan hebat dan syok, yang membahayakan nyawa.

Pada umumnya penderita DBD juga akan mengalami fase demam selama 2-7 hari.

Fase Demam

  • Fase pertama (hari ke 1-3): Demam yang cukup tinggi hingga 40°C
  • Fase kedua (hari ke 4-5): Merupakan fase kritis, penderita akan mengalami turunnya demam hingga  37°C dan merasa dapat melakukan aktivitas kembali (merasa sembuh kembali) pada fase ini jika tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat dapat terjadi keadaan fatal, akan terjadi penurunan trombosit secara drastis akibat pemecahan pembuluh darah (pendarahan).
  • Fase ketiga (hari ke 6-7): Penderita akan merasakan demam kembali, fase ini dinamakan fase pemulihan, di fase inilah trombosit akan perlahan naik kembali normal kembali.

Pasien harus segera ke dokter begitu merasakan gejala-gejala siklus awal DBD, agar dapat segera ditangani dengan cepat dan tepat. 

Mengingat obat untuk membunuh virus Dengue hingga saat ini belum ditemukan dan vaksin untuk mencegah DBD masih terus dikembangkan, maka cara terbaik yang dapat kita lakukan adalah melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus di lingkungan kita.

3M Plus:

  1. Menguras dan membersihkan tempat penampungan air secara rutin.
  2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.
  3. Mendaur ulang/memanfaatkan barang-barang yang dapat menampung air hujan.

Plus mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk:

  1. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
  2. Menanam tanaman pengusir nyamuk
  3. Tidur menggunakan kelambu
  4. Memasang kawat kasa di lubang ventilasi
  5. Menggunakan repellent/ lotion anti nyamuk
  6. Tidak menggantung pakaian yang sudah dipakai
  7. Memasang ovitrap/lavitrap/ mosquito trap
  8. Larvasidasi di tempat yang sulit dikuras/ ditutup

Mari bersama kita lakukan langkah-langkah pencegahan tersebut untuk mencegah penularan DBD di sekitar kita.

Pemeriksaan Jentik Nyamuk (PJN) RW 5 Kelurahan Tambakrejo

PJN (pemeriksaan Jenti Nyamuk) adalah kegiatan pemeriksaan jentik nyamuk secara berkala di rumah-rumah penduduk secara bersama-sama dengan melibatkan Dinas Kesehatan dalam hal ini Puskesmas, Kelurahan, Babinsa, Babinkamtibmas serta Kader Kesehatan Masyarakat.

PJN kali ini dilakukan di Kelurahan Tambakrejo, terapnya di RW 5, yang diikuti oleh berbagai elemen masyarakat. Dalam PJN kali ini mendapatkan hasil ABJ 100%

PJN dilakukan setiap hari Jumat di setiap RW di seluruh kota semarang, hal ini bertujuan untuk menekan perkembangan nyamuk aedes aegypti yang menyebabkan penyakit demam berdarah. PJN juga bertujuan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan tentang kesehatan yang ada dimasyarakat, sehungga bisa lebih cepat untuk di tindaklanjuti oleh pihak-pihak yang terkait.

Selain PJN Terpusat yang di ikuti oleh berbagai elemen masyarakat, ada juga PJN Mandiri yang dilaksanakan oleh Kader Kesehatan bersama masyarakat sekitar.

PELAYANAN KESEHATAN AKHIRPEKAN

Puskesmas Gayamsari sebagai salah satu instansi pemerintah yang bergerak dibidang kesehatan sangat perlu untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat khususnya di wilayah Kecamatan Gayamsari baik dihari kerja ataupun dihari libur, Puskesmas Gayamsari bekerja sama dengan Remaja Masjid Nidaaul Khoirot yang berlokasi di Jl. Tambak Dalam Raya No.124 Kel. Sawah Besar mengadakan pelayanan kesehatan untuk lansia dan remaja

Kegiatan juga dimeriahkan dengan berbagai acara, diantaranya Bazar, Kajian Muslimah, Penggalangan donasi dan Gerakan infaq beras, dalam kegiatan tersebut Puksesmas Gayamsari berperan sebagai tim kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan serta konsultasi kesehatan bagi peserta kegiatan ataupun warga disekitar Masjid.

Hal tersebut dirasa sangat membantu bagi masyarakat yang berdomisili jauh dari Puskesmas Gayamsari, dan juga sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Gejala Covid Omicron XBB

Varian Covid-19 XBB telah ditemukan di sejumlah negara dan bahkan disebut jadi biang kerok kenaikan kasus di Singapura. Subvarian Omicron itu memiliki sejumlah gejala yang ditemukan pada pasien.

Menurut para ahli, gejala yang disebabkan oleh XBB cenderung ringan. Yakni mulai dari batuk, pilek, dan demam. Kasus XBB pertama di Indonesia terdeteksi pada seorang perempuan yang baru kembali dari Lombok, Nusa Tenggara Barat.

“Ia kemudian melakukan pemeriksaan dan dinyatakan positif pada 26 September. Setelah menjalani isolasi, pasien telah dinyatakan sembuh pada 3 Oktober” ujar Juru Bicara Covid-19 Kementerian Kesehatan RI M. Syahril.

Selain itu varian XBB dan XBC disebutkan tidak terdeteksi oleh pengujian antigen. Kejadian ini dikonfirmasi oleh Departemen Kesehatan Fillipina beberapa waktu lalu.

Deteksi virus karena varian tersebut dilaporkan hanya bisa digunakan dengan pengurutan genom dengan menggunakan sampel yang dikumpulkan dari tes RT-PCR.

“Kami tidak bisa mendeteksi garis keturunan virus dari sampel antigen,” ucap lembaga tersebut, dikutip dari CNN Filipina.

Sebelumnya, peneliti dari OCTA Guido David mendorong dilakukan pengujian antigen acak pada penumpang angkutan umum khususnya kereta api. Cara tersebut, menurutnya, bertujuan agar bisa mendapatkan gambar lebih besar pada dua varian Covid-19 terbaru dari negara tersebut.

Gejala Omicron XBB

Berdasarkan Center for Disease Control and Prevention (CDC), badan Amerika Serikat yang menangani pandemi, secara umum gejala varian ini mirip seperti gejala Covid-19. Berikut 10 gejala Omicron XBB dikutip dari situs CDC:

  • Demam atau menggigil
  • Batuk
  • Sesak napas atau napas singkat
  • Badan lemas dan mudah lelah
  • Nyeri otot dan tubuh
  • Sakit kepala
  • Kehilangan indera perasa atau penciuman
  • Sakit tenggorokan
  • Pilek atau hidung tersumbat
  • Mual atau muntah
  • Diare

KEAMANAN PEMBERIAN IMUNISASI GANDA

Imunisasi merupakan upaya untuk meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap suatu penyakit tidak hanya melindungi seseorang tetapi juga masyarakat, dan komunitas atau yang disebut dengan herd immunity. Upaya pencegahan yang paling cost effective dan terbukti memberikan kontribusi yang cukup besar dalam penurunan angka kematian bayi dan balita di Indonesia adalah dengan Imunisasi.

Demikian disampaikan oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM.,MARS saat membuka Pertemuan secara luring Penguatan Program Imunisasi Bersama Organisasi Profesi (PB IDI, PP IDAI, Satgas Imunisasi IDAI, PB IBI, PPNI, POGI, ITAGI, Komnas PP KIPI, WHO Indonesia, UNICEF Indonesia, dan mitra pembangunan), pada (26/7) di Hotel Grand Melia Jakarta.

Lebih lanjut Dirjen Maxi mengatakan jenis vaksin yang masuk ke dalam program imunisasi yang diintroduksi secara nasional saat ini semakin banyak, antara lain Hepatitis B, BCG, DPT-HB-Hib, Polio Tetes (Oral Polio Vaccine/OPV), Polio Suntik (Inactivated Polio Vaccine/IPV), Campak Rubela, Difteri Tetanus (DT) dan Tetanus Difteri (Td). Selain itu jenis antigen baru yang diintroduksi ke dalam program imunisasi nasional juga semakin banyak sehingga hal ini menyebabkan jumlah suntikan pada imunisasi program yang harus diberikan kepada anak semakin banyak, dan diperlukan pemberian imunisasi ganda pada satu kali kunjungan.

Dalam rekomendasi ITAGI disebutkan bahwa imunisasi ganda aman untuk diberikan dan memberikan manfaat yang sangat baik karena pelayanan imunisasi akan menjadi efisien dimana seorang anak akan segera terlindungi dari beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dalam 1 kali kunjungan.

Pemberian imunisasi ganda telah dilaksanakan di banyak negara yang sudah memasukkan berbagai jenis antigen dalam program imunisasi nasional, dan semuanya menunjukkan data keamanan yang sangat baik. Indonesia sendiri telah memperkenalkan pemberian imunisasi ganda secara nasional sejak tahun 2017 yaitu pada jadwal imunisasi DPT-HB-Hib-3 yang diberikan bersamaan dengan imunisasi IPV pada bayi usia 4 bulan.

Selain itu, kata Dirjen Maxi jadwal imunisasi ganda juga ada pada imunisasi lanjutan yaitu pada pemberian imunisasi campak rubela-2 dan DPT-HB-Hib-4 yang diberikan pada anak usia 18 bulan.

Data Kementerian Kesehatan per 14 Juli 2022 menunjukkan bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) baru mencapai 33,4%, dan cakupan imunisasi pada baduta baru mencapai 28,4%, serta persentase bayi yang mendapat imunisasi antigen baru juga baru mencapai 29%. Capaian ini masih dibawah target yang seharusnya dicapai pada bulan Mei yaitu sebesar 37%.

Salah satu tantangan dari pelakasanaan program imunisasi yang menyebabkan tidak tercapainya target cakupan imunisasi adalah masih adanya keragu-raguan dan perbedaan persepsi ditengah masyarakat, maraknya hoax seputar imunisasi, dan adanya kekhawatiran timbulnya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) bagi tenaga kesehatan yang melakukan layanan imunisasi terhadap pemberian imunisasi ganda. Untuk itu menurut Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Ditjen P2P Kemenkes dr. Prima Yosephine, MKM saat menyampaikan laporannya mengatakan keterlibatan dan dukungan penuh dari organisasi profesi kesehatan menjadi sangat penting untuk penguatan dari pelaksanaan program imunisasi di lapangan.

Sehingga output yang diharapkan dari pertemuan ini adalah agar setiap organisasi profesi kesehatan bisa memberikan dukungan sepenuhnya dalam pelaksanaan program imunisasi nasional termasuk dalam pemberian imunisasi ganda sesuai jadwal imunisasi nasional.

dr. Prima berharap agar organisasi profesi kesehatan dapat mengeluarkan surat edaran kepada persatuan dan wilayah serta seluruh anggota untuk mendukung pelaksanaan program imunisasi nasional, mensosialisasikan secara rutin program imunisasi nasional termasuk manfaat dari pemberian imunisasi ganda melalui pertemuan atau sarana komunikasi yang dimiliki oleh setiap organisasi profesi kesehatan, melakukan edukasi dan upaya penyebarluasan informasi yang tepat mengenai imunisasi kepada masyarakat luas.(Adt)

Tetap Sehat, Bebas Anemia

ANEMIA

Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normal. Hemoglobin adalah salah satu komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat dialami oleh semua kelompok umur mulai dari balita sampai usia lanjut.

Penyebab Anemia

Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12 dan protein. Secara langsung anemia terutama disebabkan karena produksi/kualitas sel darah merah yang kurang dan kehilangan darah baik secara akut atau menahun. Ada 3 penyebab anemia, yaitu:

  1. Defisiensi zat gizi

Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merupakan sumber zat besi yang berperan sebagai pembuatan hemoglobin sebagai komponen dari sel darahmerah/eritrosit. Zat gizi penting lain yang berperan penting dalam pembuatan hemoglobin antara lain asam folat dan vitamin B12. Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS,dan keganasan seringkali disertai anemia, karena kekurangan asupan zat gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri.

  1. Perdarahan (Loss of blood volume)

Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang mengakibatkan kadar Hb menurun. Perdarahan karena menstruasi yang lama dan berlebihan

  1. Hemolitik

Perdarahan pada penderita penyakit tertentu seperti malaria, thalasemia perlu diwaspadai karena terjadi hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zatbesi (hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan limpa.

Gejala

Gejala yang sering ditemui pada penderita anemia adalah 5 L (Lesu, Letih, Lemah, Lelah, Lalai), disertai sakit kepala dan pusing (“kepala muter”), mata berkunang-kunang, mudah mengantuk, cepat capai serta sulit konsentrasi. Secara klinis penderita anemia ditandai dengan “pucat” pada muka, kelopak mata, bibir, kulit, kuku dan telapak tangan.

Pencegahan Anemia

Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia dilakukan dengan memberikan asupan zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan pembentukan hemoglobin. Upaya yang dapat dilakukan adalah:

  1. Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi

Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi dengan pola makan bergizi seimbang, Makanan yang kaya sumber zat besi dari hewani contohnya hati, ikan, daging dan unggas, sedangkan dari nabati yaitu sayuran berwarna hijau tua dan kacang-kacangan. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi dari sumber nabati perlu mengonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, jambu. Penyerapan zat besi dapat dihambat oleh zat lain, seperti tanin, fosfor, serat, kalsium, dan fitat.

  1. Suplementasi zat besi              Keadaan dimana zat besi dari makanan tidak mencukupi kebutuhan terhadap zat besi, perlu didapat dari suplementasi zat besi. Pemberian suplementasi zat besi secara rutin selama jangka waktu tertentu bertujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat, dan perlu dilanjutkan untuk meningkatkan simpanan zat besi di dalam tubuh.
  2. Hindari mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) bersamaan dengan :
  • Teh dan kopi karena mengandung senyawa fitat dan tanin yang dapat mengikat zat besi menjadi senyawa yang kompleks sehingga tidak dapat diserap.
  • Tablet Kalsium (kalk) dosis yang tinggi, dapat menghambat penyerapan zat besi.
  • Obat sakit maag yang berfungsi melapisi permukaan lambung sehingga penyerapan zat besi terhambat. Penyerapan zat besi akan semakin terhambat jika menggunakan obat maag yang mengandung kalsium.

Pengobatan Penyakit Penyerta

Penanggulangan anemia harus dilakukan bersamaan dengan pencegahan dan pengobatan, antara lain:

  1. Kurang Energi Kronik (KEK)/Kurus dilakukan skrining dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Jika menderita KEK/ Kurus, perlu dirujuk ke puskesmas.
  2. Kecacingan Apabila ditemukan menderita kecacingan, maka dirujuk ke puskesmas dan ditangani sesuai dengan Pedoman Pengendalian Kecacingan di Indonesia, dianjurkan minum 1 tablet obat cacing setiap 6 bulan.
  3. Malaria penderita yang tinggal di daerah endemik malaria dianjurkan menggunakan kelambu dan dilakukan skrining malaria. Apabila positif malaria, maka ditangani sesuai dengan Pedoman Penatalaksanaan Malaria di Indonesia.
  4. Tuberkulosis (TBC)

pengobatan dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) sesuai Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia.

  1. HIV/AIDS

HIV/AIDS dilakukan Voluntary Counselling and Testing (VCT) untuk diperiksa ELISA. Bila positif menderita HIV/AIDS mendapatkan obat Antiretroviral (ARV) sesuai Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan HIV/AIDS di Indonesia.

Refferensi :

Biofarma

P2PTM Kemenkes RI

http://mahadaljamiah.uinjkt.ac.id/?p=3365

MEDIA PROMOSI WBK/WBBM